sumber
Kalau kita pergi ke rumah sakit, laboratium, atau ke pusat-pusat penelititan fungsi otak manusia, maka kita bisa menemui EEG atau electroencephalogram dan Brain Mapping. Kedua alat tersebut digunakan untuk mengamati aktivitas otak manusia. Perbedaannya adalah Brain Mapping hanya memeriksa secara fisik. Untuk mengetahui adanya gangguan, kerusakan atau kecacatan otak, misalkan tumor otak, pecahnya pembulu darah otak, benturan pada kepala dan seterusnya. Sedangkan EEG memeriksa getaran, frekwensi, sinyal atau gelombang otak yang kemudian dikelompokkan kedalam beberapa kondisi kesadaran.
Getaran atau frekwensi adalah jumlah pulsa (impuls) perdetik dengan satuan hz. Berdasarkan riset selama bertahun-tahun di berbagai negara maju, frekwensi otak manusia berbeda-beda untuk setiap fase sadar, rileks, tidur ringan, tidur nyenyak, trance, panik, dan sebagainya. Melalui penelitian yang panjang, akhirnya para ahli syaraf (otak) sependapat bawah gelombang otak berkaitan dengan kondisi pikiran. Saya akan jelaskan satu per satu tentang jenis-jenis frekwensi gelombang otak dan pengaruhnya terhadap kondisi otak manusia.

GAMMA (16 hz - 100 hz) Adalah gelombang otak yang terjadi pada saat seseorang mengalami aktifitas mental yang sangat tinggi, misalnya sedang berada di arena pertandingan, perebutan kejuaraan, tampil dimuka umum, sangat panik, ketakutan, kondisi ini dalam kesadaran penuh. Berdasarkan penyelidikan Dr. Jeffrey D. Thompson (Center for Acoustic Research) di atas gelombang gamma sebenarnya masih ada lagi yaitu gelombang Hypergamma ( tepat 100 Hz ) dan gelombang Lambda (tepat 200 Hz), akan yang merupakan geolombang-gelombang supernatural atau berhubungan dengan kemampuan yang luar biasa.

BETA(di atas 12 hz atau dari 12 hz s/d 19 hz). Merupakan gelombang otak yang terjadi pada saat seseorang mengalami aktifitas mental yang terjaga penuh. Anda berada dalam kondisi ini ketika Anda melakukan kegiatan Anda sehari-hari dan berinteraksi dengan orang lain di sekitar Anda. Gelombang beta dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu high beta (lebih dari 19 Hz) yang merupakan transisi dengan getaran gamma , lalu getaran beta (15 hz -18 hz) yang juga merupakan transisi dengan getaran gamma, dan selanjutnya lowbeta (12 hz ~ 15 hz).

Sensori Motor Rhytm (12 hz - 16 hz). SMR sebenarnya masih masuk kelompok getaran lowbeta, namun mendapatkan perhatian khusus dan juga baru dipelajari secara mendalam akhir-akhir ini oleh para ahli, karena penderita epilepsy, ADHD ( Attention Deficit and Hyperactivity Disorder) dan Autism ternyata tidak menghasilkan gelombang jenis ini. Para penderita gangguan di atas tidak tidak mampu berkonsentrasi atau fokus pada suatu hal yang dianggap penting. Sehingga setiap pengobatan yang tepat adalah cara agar otaknya bisa menghasilkan getaran SMR tersebut. Dan hal ini bisa dilakukan dengan teknik neurofeedback.

ALPHA ( 8 hz - 12 hz )Adalah gelombang otak yang terjadi pada saat seseorang yang mengalami relaksaksi atau mulai istirahat dengan tanda-tanda mata mulai menutup atau mulai mengantuk. Anda menghasilkan gelombang alpha setiap akan tidur, tepatnya masa peralihan antara sadar dan tidak sadar. Fenomena alpha banyak dimanfaatkan oleh para pakar hypnosis untuk mulai memberikan sugesti kepada pasiennya. Orang yang memulai meditasi (meditasi ringan) juga menghasilkan gelombang alpha. Frekwensi alpha 8 -12 hz , merupakan frekwensi pengendali, penghubung pikiran sadar dan bawah sadar. Anda bisa mengingat mimpi Anda, karena Anda memiliki gelombang alpha. Kabur atau jelas sebuah mimpi yang bisa Anda ingat, tergantung kualitas dan kuantitas gelombang alpha pada saat Anda bermimpi.

THETA ( 4 hz - 8 hz ) Adalah gelombang otak yang terjadi pada saat seseorang mengalami tidur ringan, atau sangat mengantuk. Tanda-tandanya napas mulai melambat dan dalam. Selain orang yang sedang diambang tidur, beberapa orang juga menghasilkan gelombang otak ini saat trance, hypnosis, meditasi dalam, berdoa, menjalani ritual agama dengan khusyu. Orang yang mampu mengalirkan energi chi, prana atau tenaga dalam, juga menghasilkan gelombang otak theta pada saat mereka latihan atau menyalurkan energinya kepada orang lain.
Bayi dan balita rata-rata tidur lebih dari 12 jam dalam sehari. Itulah mengapa otak anak-anak selalu dalam fase gelombang alpha dan theta. Perlu diingat, gelombang alpha dan theta adalah gelombang pikiran bawah sadar. Oleh sebab itu, anak-anak cepat sekali dalam belajar dan mudah menerima perkataan dari orang lain apa adanya. Gelombang otak ini juga menyebabkan daya imajinasi anak-anak luar biasa. Ketika mereka bermain mobil-mobilan misalnya, imajinasi mereka aktif dan permainan menjadi sangat seru.
Gelombang otak theta juga dikenal sebagai "gelombang ajaib", karena berkaitan dengan kekuatan psikis. Berdasarkan penyelidikan para ahli, bahwa banyak terjadi kecelakaan pesawat udara, tabrakan, kebakaran, kecelakaan kapal laut yang menewaskan banyak orang. Namun ada keanehan, beberapa anak balita bisa selamat. Kemungkinan ini dikarenakan anak-anak hampir setiap saat dalam kondisi gelombang theta. Perasaan dekat dengan Tuhan pun akan terjadi apabila kita dapat memasuki fase gelombang theta. Anda mungkin pernah mengalaminya saat Anda berdoa, meditasi, melakukan ritual-ritual agama. Dengan dasar inilah "GOD SPOT" ditemukan.
Schumann Resonance adalah getaran alam semesta pada frekwensi 7.83 Hz yang juga masuk dalam kelompok gelombang theta. Seseorang yang otaknya mampu menghasilkan dan mempertahan frekwensi ini memiliki kemampuan supernatural, seperti ESP, telepati, clayrvoyance, dan fenomena psikis lainnya. Anak indigo, yaitu anak super cerdas yang biasanya berkemampuan ESP atau Extra Sensory Perception, juga bisa memasuki gelombang ini dengan mudah dan konstan.

Adalah gelombang otak yang memiliki amplitudo yang besar dan frekwensi yang rendah, yaitu dibawah 3 hz. Otak Anda menghasilkan gelombang ini ketika Anda tertidur lelap, tanpa mimpi. Fase delta adalah fase istirahat bagi tubuh dan pikiran. Tubuh Anda melakukan proses penyembuhan diri, memperbaiki kerusakan jaringan, dan aktif memproduksi sel-sel baru saat Anda tertidur lelap.
Penemuan baru dibidang frekwensi dan gelombang otak manusia oleh Dr. Jeffrey D. Thompson dari Neuroacoustic Research, bahwa masih ada gelombang dan frekwensi lain dibawah delta, atau dibawah 0.5 hz, yaitu frekwensi EPSILON, yang juga sangat mempengaruhi aktifitas mental seseorang dalam kemampuan supranatural, seperti pada gelombang theta diatas.
Sumber: http://archive.kaskus.us/thread/3068384/

Getaran atau frekwensi adalah jumlah pulsa (impuls) perdetik dengan satuan hz. Berdasarkan riset selama bertahun-tahun di berbagai negara maju, frekwensi otak manusia berbeda-beda untuk setiap fase sadar, rileks, tidur ringan, tidur nyenyak, trance, panik, dan sebagainya. Melalui penelitian yang panjang, akhirnya para ahli syaraf (otak) sependapat bawah gelombang otak berkaitan dengan kondisi pikiran. Saya akan jelaskan satu per satu tentang jenis-jenis frekwensi gelombang otak dan pengaruhnya terhadap kondisi otak manusia.
Spoiler for GAMMA
GAMMA (16 hz - 100 hz) Adalah gelombang otak yang terjadi pada saat seseorang mengalami aktifitas mental yang sangat tinggi, misalnya sedang berada di arena pertandingan, perebutan kejuaraan, tampil dimuka umum, sangat panik, ketakutan, kondisi ini dalam kesadaran penuh. Berdasarkan penyelidikan Dr. Jeffrey D. Thompson (Center for Acoustic Research) di atas gelombang gamma sebenarnya masih ada lagi yaitu gelombang Hypergamma ( tepat 100 Hz ) dan gelombang Lambda (tepat 200 Hz), akan yang merupakan geolombang-gelombang supernatural atau berhubungan dengan kemampuan yang luar biasa.
Spoiler for BETA
BETA(di atas 12 hz atau dari 12 hz s/d 19 hz). Merupakan gelombang otak yang terjadi pada saat seseorang mengalami aktifitas mental yang terjaga penuh. Anda berada dalam kondisi ini ketika Anda melakukan kegiatan Anda sehari-hari dan berinteraksi dengan orang lain di sekitar Anda. Gelombang beta dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu high beta (lebih dari 19 Hz) yang merupakan transisi dengan getaran gamma , lalu getaran beta (15 hz -18 hz) yang juga merupakan transisi dengan getaran gamma, dan selanjutnya lowbeta (12 hz ~ 15 hz).
Spoiler for Sensori Motor Rhytm
Sensori Motor Rhytm (12 hz - 16 hz). SMR sebenarnya masih masuk kelompok getaran lowbeta, namun mendapatkan perhatian khusus dan juga baru dipelajari secara mendalam akhir-akhir ini oleh para ahli, karena penderita epilepsy, ADHD ( Attention Deficit and Hyperactivity Disorder) dan Autism ternyata tidak menghasilkan gelombang jenis ini. Para penderita gangguan di atas tidak tidak mampu berkonsentrasi atau fokus pada suatu hal yang dianggap penting. Sehingga setiap pengobatan yang tepat adalah cara agar otaknya bisa menghasilkan getaran SMR tersebut. Dan hal ini bisa dilakukan dengan teknik neurofeedback.
Spoiler for ALPHA
ALPHA ( 8 hz - 12 hz )Adalah gelombang otak yang terjadi pada saat seseorang yang mengalami relaksaksi atau mulai istirahat dengan tanda-tanda mata mulai menutup atau mulai mengantuk. Anda menghasilkan gelombang alpha setiap akan tidur, tepatnya masa peralihan antara sadar dan tidak sadar. Fenomena alpha banyak dimanfaatkan oleh para pakar hypnosis untuk mulai memberikan sugesti kepada pasiennya. Orang yang memulai meditasi (meditasi ringan) juga menghasilkan gelombang alpha. Frekwensi alpha 8 -12 hz , merupakan frekwensi pengendali, penghubung pikiran sadar dan bawah sadar. Anda bisa mengingat mimpi Anda, karena Anda memiliki gelombang alpha. Kabur atau jelas sebuah mimpi yang bisa Anda ingat, tergantung kualitas dan kuantitas gelombang alpha pada saat Anda bermimpi.
Spoiler for THETA
THETA ( 4 hz - 8 hz ) Adalah gelombang otak yang terjadi pada saat seseorang mengalami tidur ringan, atau sangat mengantuk. Tanda-tandanya napas mulai melambat dan dalam. Selain orang yang sedang diambang tidur, beberapa orang juga menghasilkan gelombang otak ini saat trance, hypnosis, meditasi dalam, berdoa, menjalani ritual agama dengan khusyu. Orang yang mampu mengalirkan energi chi, prana atau tenaga dalam, juga menghasilkan gelombang otak theta pada saat mereka latihan atau menyalurkan energinya kepada orang lain.
Bayi dan balita rata-rata tidur lebih dari 12 jam dalam sehari. Itulah mengapa otak anak-anak selalu dalam fase gelombang alpha dan theta. Perlu diingat, gelombang alpha dan theta adalah gelombang pikiran bawah sadar. Oleh sebab itu, anak-anak cepat sekali dalam belajar dan mudah menerima perkataan dari orang lain apa adanya. Gelombang otak ini juga menyebabkan daya imajinasi anak-anak luar biasa. Ketika mereka bermain mobil-mobilan misalnya, imajinasi mereka aktif dan permainan menjadi sangat seru.
Gelombang otak theta juga dikenal sebagai "gelombang ajaib", karena berkaitan dengan kekuatan psikis. Berdasarkan penyelidikan para ahli, bahwa banyak terjadi kecelakaan pesawat udara, tabrakan, kebakaran, kecelakaan kapal laut yang menewaskan banyak orang. Namun ada keanehan, beberapa anak balita bisa selamat. Kemungkinan ini dikarenakan anak-anak hampir setiap saat dalam kondisi gelombang theta. Perasaan dekat dengan Tuhan pun akan terjadi apabila kita dapat memasuki fase gelombang theta. Anda mungkin pernah mengalaminya saat Anda berdoa, meditasi, melakukan ritual-ritual agama. Dengan dasar inilah "GOD SPOT" ditemukan.
Spoiler for Schumann Resonance (7.83 hz)
Schumann Resonance adalah getaran alam semesta pada frekwensi 7.83 Hz yang juga masuk dalam kelompok gelombang theta. Seseorang yang otaknya mampu menghasilkan dan mempertahan frekwensi ini memiliki kemampuan supernatural, seperti ESP, telepati, clayrvoyance, dan fenomena psikis lainnya. Anak indigo, yaitu anak super cerdas yang biasanya berkemampuan ESP atau Extra Sensory Perception, juga bisa memasuki gelombang ini dengan mudah dan konstan.
Spoiler for DELTA (0.5 hz - 4 hz)
Adalah gelombang otak yang memiliki amplitudo yang besar dan frekwensi yang rendah, yaitu dibawah 3 hz. Otak Anda menghasilkan gelombang ini ketika Anda tertidur lelap, tanpa mimpi. Fase delta adalah fase istirahat bagi tubuh dan pikiran. Tubuh Anda melakukan proses penyembuhan diri, memperbaiki kerusakan jaringan, dan aktif memproduksi sel-sel baru saat Anda tertidur lelap.
Penemuan baru dibidang frekwensi dan gelombang otak manusia oleh Dr. Jeffrey D. Thompson dari Neuroacoustic Research, bahwa masih ada gelombang dan frekwensi lain dibawah delta, atau dibawah 0.5 hz, yaitu frekwensi EPSILON, yang juga sangat mempengaruhi aktifitas mental seseorang dalam kemampuan supranatural, seperti pada gelombang theta diatas.
Sumber: http://archive.kaskus.us/thread/3068384/
Apr 14, 2011 7:37 PM
Street Light Interference
Suatu malam, anda sedang berjalan di pinggir sebuah jalan yang sepi. Ketika anda melewati sebuah lampu jalan yang sedang menyala, tiba-tiba lampu itu padam, seakan-akan menolak kehadiran anda di dekatnya. Ketika kalian berjalan menjauh, lampu itu kembali menyala. Dan kalian pun segera menyadari keanehan peristiwa yang baru saja terjadi.
Fenomena yang dialami oleh anda tersebut ternyata juga dialami oleh banyak orang dari seluruh dunia. Bahkan fenomena ini sudah diberi nama dan memiliki halaman wikipedianya sendiri. Nama fenomena ini adalah Street Light Interference alias SLI. Tulisan pendek ini mungkin bisa menambah pengetahuan anda mengenai fenomena-fenomena aneh di dunia :
Street Light Interference
“Malam itu, kami sedang keluar untuk berjalan-jalan. Lalu, saya mengalami tiga atau empat kali lampu padam. Salah satu lampu jalan yang saya dekati padam begitu saja. Ketika saya berjalan menjauh, lampu itu kembali menyala. Lalu, saya kembali mendekatinya dan lampu itu kembali padam. Saya mengulangi proses itu dan hal yang sama kembali terjadi. Pertama, saya mengira ada kerusakan pada sirkuit lampu. Namun saya melihat ke arah lampu itu dari jarak yang cukup jauh selama 10 menit, dan lampu itu tetap menyala”
Kesaksian di atas adalah salah satu dari 77 kesaksian yang dikumpulkan oleh Hillary Evans dari The Association for The Scientific Study of Anomalous Phenomena (ASSAP). Mr. Evans menuangkan penelitiannya mengenai fenomena ini dalam bukunya yang terbit tahun 1993 berjudul: SLIders: The Enigma of Streetlight Interference. Mr. Evans juga adalah orang yang pertama kali menamakan fenomena ini dengan sebutan Street Light Interference (SLI) dan ia menyebut mereka yang mengalami fenomena ini dengan sebutanSLIders.
Walaupun banyak kasus yang dilaporkan mengenai SLI, kondisi masing-masing peristiwa bisa bervariasi. Ada SLIder yang hanya mampu mempengaruhi satu lampu jalan. Ada SLIder lain yang mampu mempengaruhi satu deret lampu jalan. Ada yang memadamkan lampu ketika berada tepat di bawah lampu tersebut, namun ada juga yang bisa memadamkan lampu tersebut hanya dengan berdiri beberapa meter darinya.
Variasi-variasi seperti ini membuat SLI menjadi semakin susah diteliti karena tidak memiliki pola yang teratur. Umumnya para SLIders adalah orang-orang yang tidak memiliki ketertarikan dengan fenomena paranormal. Mereka juga seringkali menolak menceritakan pengalamannya karena kuatir dianggap gila oleh orang-orang yang mendengarnya.
Dalam sebagian kasus, para SLIders tidak hanya memadamkan lampu jalan. Ada laporan-laporan yang menyebutkan kalau tubuh mereka juga mempengaruhi peralatan elektronik lain seperti Televisi, Radio, Jam Digital dan CD player. Kita sudah sering mendengar mengenai tubuh manusia yang mengandung magnet atau listrik yang kuat sehingga mampu mempengaruhi barang elektronik. Karena itu SLIders jenis ini tidak lagi terdengar aneh di telinga kita.
Namun, jika seseorang hanya mampu mempengaruhi lampu jalan, maka ini adalah sebuah teka-teki yang cukup membingungkan.
Apa yang menyebabkannya?
Gelombang listrik otak
Salah satu masalah utama yang dihadapi dalam penelitian mengenai fenomena “paranormal” adalah sulitnya mereproduksi ulang fenomena ini di dalam laboratorium, termasuk fenomena SLI. Para SLIders umumnya melaporkan kalau fenomena ini terjadi begitu saja tanpa disengaja. Karena itu, sebagian peneliti berpendapat kalau fenomena ini mungkin berkaitan dengan gelombang listrik di dalam otak yang tanpa disadari telah memicu SLI. Mungkinkah?
Setiap gerakan dan pikiran manusia sesungguhnya dihasilkan oleh gelombang listrik di dalam otak. Sepanjang pengetahuan sains, gelombang ini hanya memiliki pengaruh terhadap tubuh manusia itu sendiri. Namun, sebagian orang sejak lama percaya kalau gelombang ini juga bisa mempengaruhi benda-benda di luar tubuh. Inilah yang kita kenal dengan sebutan Mind Over Matter, yaitu pikiran yang mampu mempengaruhi benda-benda fisik. Contohnya adalah kemampuan telekinesis.
Beberapa SLIders melaporkan kalau fenomena ini terjadi ketika mereka sedang mengalami perasaan emosional yang ekstrem. Emosi yang berlebihan ini dipercaya telah menyebabkan gelombang otak yang dihasilkan mampu mematikan lampu jalan yang dilewatinya.
Salah seorang SLIder ternama dari Inggris bernama Debbie Wolf menceritakan kepada CNN:
“Ketika itu terjadi, biasanya saya sedang tertekan karena suatu hal. Tidak berarti stress berat, namun ketika saya benar-benar memikirkan sesuatu dengan keras di dalam kepala saya, maka hal itu terjadi.”
Debbie adalah SLIder yang juga mampu mempengaruhi peralatan-peralatan elektrik lain. Menariknya, Debbie menceritakan kalau ia pernah mematikan satu deret lampu jalan ketika ia melewatinya dengan sepeda motor. Untuk kasus Debbie, mungkin kita bisa berasumsi kalau tubuhnya mengandung listrik yang cukup kuat sehingga bisa mempengaruhi lampu jalan dan juga peralatan elektrik lainnya. Namun, untuk SLIder lainnya, mengapa gelombang otak mereka hanya bisa mempengaruhi lampu jalan? Kedengarannya sangat tidak masuk akal.
Apakah ada penjelasan lain yang lebih memadai?
Confirmation Bias
Bagi sebagian peneliti lainnya, Mind Over Matter mungkin berlebihan. David Barlow, seorang ahli astrofisika, berpendapat kalau fenomena SLI sesungguhnya tidak pernah ada. Yang terjadi hanyalah persepsi sang pejalan kaki.
Penjelasannya seperti ini:
Jika kita berjalan kaki di malam hari, umumnya, ketika lampu jalan menyala terus menerus, kita tidak akan menaruh perhatian padanya. Namun ketika lampu jalan itu padam saat kita berada di bawahnya, maka kita akan menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak biasa. Jika lampu jalan itu kembali menyala setelah kita menjauhinya, maka persepsi akan menciptakan kepercayaan di dalam diri kita kalau sebuah fenomena aneh sedang berlangsung.
Proses penciptaan persepsi ini disebut dengan Confirmation Bias, yang secara sederhana dapat diartikan sebagai kecenderungan seseorang untuk lebih menerima informasi yang mendukung teori mereka tanpa mempedulikan apakah informasi tersebut benar atau salah. Ketika dikombinasikan dengan lampu jalan yang bermasalah, terciptalah SLI.
Lampu jalan di Amerika umumnya menggunakan lampu sodium. Menurut salah seorang insinyur dari General Electric, Lampu ini memiliki sistem keamanan yang mengatur suhu maksimal yang dapat diterima oleh lampu tersebut. Ketika umur lampu sudah cukup tua, sodium di dalamnya akan berkurang karena proses-proses kimiawi. Ini menyebabkan voltase akan menaikkan suhu lampu tanpa hambatan.
Jika suhu melebihi kapasitas normal, maka lampu akan mati. Ketika ini terjadi, ia akan mendingin dan suhunya akan kembali mencapai batas normal. Setelah itu, lampu akan kembali menyala. Proses ini bisa terjadi hanya dalam beberapa menit. Jika kita kebetulan lewat di bawah lampu yang sudah usang ini, sebuah persepsi bisa tercipta di dalam pikiran kita kalau kitalah yang telah mempengaruhi lampu tersebut.
Karena itu, insinyur General Electric tersebut mengatakan kalau SLI sesungguhnya hanyalah sebuah “Kombinasi dari kebetulan dan pikiran yang mengada-ngada”. Walaupun jawaban ini cukup masuk akal, namun masih belum bisa menjelaskan beberapa hal.
Misalnya, dalam banyak kasus, lampu yang dipengaruhi oleh para SLIders ternyata bukan hanya lampu sodium. Lalu, ada juga saksi yang melaporkan kalau ia mampu mempengaruhi satu deret lampu jalan (seperti Debbie) yang membuat penjelasan ini menjadi tidak mengena. Soalnya, hampir tidak mungkin kalau satu deret lampu jalan sama-sama usang dalam waktu yang bersamaan kemudian menyala dan padam pada waktu yang tepat.
Jadi, ini adalah satu lagi fenomena paranormal yang tidak bisa dijelaskan secara memuaskan oleh sains, dan mungkin akan tetap tidak terjelaskan karena dunia sains sepertinya tidak terlalu tertarik untuk mengeksplorasinya lebih dalam, berbeda dengan fenomena paranormal lain seperti telepati atau telekinesis. Namun, sehebat apapun fenomena ini, Mr.Evans mengakui kalau fenomena ini sepertinya tidak memiliki arti apapun.
“Efek yang terjadi biasanya spontan dan sepertinya tidak memiliki arti. Ia tidak memiliki manfaat praktis atau memberikan kepuasan kepada individu atau dalam suatu cara menyediakan tujuan psikologis”
Jika saya adalah seorang SLIder, tentu saja, saya pun akan kebingungan dengan manfaat kemampuan yang satu ini.
Sumber :http://www.indowebster.web.id/showthread.php?t=132019&p=7632529#post7632529
Fenomena yang dialami oleh anda tersebut ternyata juga dialami oleh banyak orang dari seluruh dunia. Bahkan fenomena ini sudah diberi nama dan memiliki halaman wikipedianya sendiri. Nama fenomena ini adalah Street Light Interference alias SLI. Tulisan pendek ini mungkin bisa menambah pengetahuan anda mengenai fenomena-fenomena aneh di dunia :
Street Light Interference
“Malam itu, kami sedang keluar untuk berjalan-jalan. Lalu, saya mengalami tiga atau empat kali lampu padam. Salah satu lampu jalan yang saya dekati padam begitu saja. Ketika saya berjalan menjauh, lampu itu kembali menyala. Lalu, saya kembali mendekatinya dan lampu itu kembali padam. Saya mengulangi proses itu dan hal yang sama kembali terjadi. Pertama, saya mengira ada kerusakan pada sirkuit lampu. Namun saya melihat ke arah lampu itu dari jarak yang cukup jauh selama 10 menit, dan lampu itu tetap menyala”
Kesaksian di atas adalah salah satu dari 77 kesaksian yang dikumpulkan oleh Hillary Evans dari The Association for The Scientific Study of Anomalous Phenomena (ASSAP). Mr. Evans menuangkan penelitiannya mengenai fenomena ini dalam bukunya yang terbit tahun 1993 berjudul: SLIders: The Enigma of Streetlight Interference. Mr. Evans juga adalah orang yang pertama kali menamakan fenomena ini dengan sebutan Street Light Interference (SLI) dan ia menyebut mereka yang mengalami fenomena ini dengan sebutanSLIders.
Walaupun banyak kasus yang dilaporkan mengenai SLI, kondisi masing-masing peristiwa bisa bervariasi. Ada SLIder yang hanya mampu mempengaruhi satu lampu jalan. Ada SLIder lain yang mampu mempengaruhi satu deret lampu jalan. Ada yang memadamkan lampu ketika berada tepat di bawah lampu tersebut, namun ada juga yang bisa memadamkan lampu tersebut hanya dengan berdiri beberapa meter darinya.
Variasi-variasi seperti ini membuat SLI menjadi semakin susah diteliti karena tidak memiliki pola yang teratur. Umumnya para SLIders adalah orang-orang yang tidak memiliki ketertarikan dengan fenomena paranormal. Mereka juga seringkali menolak menceritakan pengalamannya karena kuatir dianggap gila oleh orang-orang yang mendengarnya.
Dalam sebagian kasus, para SLIders tidak hanya memadamkan lampu jalan. Ada laporan-laporan yang menyebutkan kalau tubuh mereka juga mempengaruhi peralatan elektronik lain seperti Televisi, Radio, Jam Digital dan CD player. Kita sudah sering mendengar mengenai tubuh manusia yang mengandung magnet atau listrik yang kuat sehingga mampu mempengaruhi barang elektronik. Karena itu SLIders jenis ini tidak lagi terdengar aneh di telinga kita.
Namun, jika seseorang hanya mampu mempengaruhi lampu jalan, maka ini adalah sebuah teka-teki yang cukup membingungkan.
Apa yang menyebabkannya?
Gelombang listrik otak
Salah satu masalah utama yang dihadapi dalam penelitian mengenai fenomena “paranormal” adalah sulitnya mereproduksi ulang fenomena ini di dalam laboratorium, termasuk fenomena SLI. Para SLIders umumnya melaporkan kalau fenomena ini terjadi begitu saja tanpa disengaja. Karena itu, sebagian peneliti berpendapat kalau fenomena ini mungkin berkaitan dengan gelombang listrik di dalam otak yang tanpa disadari telah memicu SLI. Mungkinkah?
Setiap gerakan dan pikiran manusia sesungguhnya dihasilkan oleh gelombang listrik di dalam otak. Sepanjang pengetahuan sains, gelombang ini hanya memiliki pengaruh terhadap tubuh manusia itu sendiri. Namun, sebagian orang sejak lama percaya kalau gelombang ini juga bisa mempengaruhi benda-benda di luar tubuh. Inilah yang kita kenal dengan sebutan Mind Over Matter, yaitu pikiran yang mampu mempengaruhi benda-benda fisik. Contohnya adalah kemampuan telekinesis.
Beberapa SLIders melaporkan kalau fenomena ini terjadi ketika mereka sedang mengalami perasaan emosional yang ekstrem. Emosi yang berlebihan ini dipercaya telah menyebabkan gelombang otak yang dihasilkan mampu mematikan lampu jalan yang dilewatinya.
Salah seorang SLIder ternama dari Inggris bernama Debbie Wolf menceritakan kepada CNN:
“Ketika itu terjadi, biasanya saya sedang tertekan karena suatu hal. Tidak berarti stress berat, namun ketika saya benar-benar memikirkan sesuatu dengan keras di dalam kepala saya, maka hal itu terjadi.”
Debbie adalah SLIder yang juga mampu mempengaruhi peralatan-peralatan elektrik lain. Menariknya, Debbie menceritakan kalau ia pernah mematikan satu deret lampu jalan ketika ia melewatinya dengan sepeda motor. Untuk kasus Debbie, mungkin kita bisa berasumsi kalau tubuhnya mengandung listrik yang cukup kuat sehingga bisa mempengaruhi lampu jalan dan juga peralatan elektrik lainnya. Namun, untuk SLIder lainnya, mengapa gelombang otak mereka hanya bisa mempengaruhi lampu jalan? Kedengarannya sangat tidak masuk akal.
Apakah ada penjelasan lain yang lebih memadai?
Confirmation Bias
Bagi sebagian peneliti lainnya, Mind Over Matter mungkin berlebihan. David Barlow, seorang ahli astrofisika, berpendapat kalau fenomena SLI sesungguhnya tidak pernah ada. Yang terjadi hanyalah persepsi sang pejalan kaki.
Penjelasannya seperti ini:
Jika kita berjalan kaki di malam hari, umumnya, ketika lampu jalan menyala terus menerus, kita tidak akan menaruh perhatian padanya. Namun ketika lampu jalan itu padam saat kita berada di bawahnya, maka kita akan menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak biasa. Jika lampu jalan itu kembali menyala setelah kita menjauhinya, maka persepsi akan menciptakan kepercayaan di dalam diri kita kalau sebuah fenomena aneh sedang berlangsung.
Proses penciptaan persepsi ini disebut dengan Confirmation Bias, yang secara sederhana dapat diartikan sebagai kecenderungan seseorang untuk lebih menerima informasi yang mendukung teori mereka tanpa mempedulikan apakah informasi tersebut benar atau salah. Ketika dikombinasikan dengan lampu jalan yang bermasalah, terciptalah SLI.
Lampu jalan di Amerika umumnya menggunakan lampu sodium. Menurut salah seorang insinyur dari General Electric, Lampu ini memiliki sistem keamanan yang mengatur suhu maksimal yang dapat diterima oleh lampu tersebut. Ketika umur lampu sudah cukup tua, sodium di dalamnya akan berkurang karena proses-proses kimiawi. Ini menyebabkan voltase akan menaikkan suhu lampu tanpa hambatan.
Jika suhu melebihi kapasitas normal, maka lampu akan mati. Ketika ini terjadi, ia akan mendingin dan suhunya akan kembali mencapai batas normal. Setelah itu, lampu akan kembali menyala. Proses ini bisa terjadi hanya dalam beberapa menit. Jika kita kebetulan lewat di bawah lampu yang sudah usang ini, sebuah persepsi bisa tercipta di dalam pikiran kita kalau kitalah yang telah mempengaruhi lampu tersebut.
Karena itu, insinyur General Electric tersebut mengatakan kalau SLI sesungguhnya hanyalah sebuah “Kombinasi dari kebetulan dan pikiran yang mengada-ngada”. Walaupun jawaban ini cukup masuk akal, namun masih belum bisa menjelaskan beberapa hal.
Misalnya, dalam banyak kasus, lampu yang dipengaruhi oleh para SLIders ternyata bukan hanya lampu sodium. Lalu, ada juga saksi yang melaporkan kalau ia mampu mempengaruhi satu deret lampu jalan (seperti Debbie) yang membuat penjelasan ini menjadi tidak mengena. Soalnya, hampir tidak mungkin kalau satu deret lampu jalan sama-sama usang dalam waktu yang bersamaan kemudian menyala dan padam pada waktu yang tepat.
Jadi, ini adalah satu lagi fenomena paranormal yang tidak bisa dijelaskan secara memuaskan oleh sains, dan mungkin akan tetap tidak terjelaskan karena dunia sains sepertinya tidak terlalu tertarik untuk mengeksplorasinya lebih dalam, berbeda dengan fenomena paranormal lain seperti telepati atau telekinesis. Namun, sehebat apapun fenomena ini, Mr.Evans mengakui kalau fenomena ini sepertinya tidak memiliki arti apapun.
“Efek yang terjadi biasanya spontan dan sepertinya tidak memiliki arti. Ia tidak memiliki manfaat praktis atau memberikan kepuasan kepada individu atau dalam suatu cara menyediakan tujuan psikologis”
Jika saya adalah seorang SLIder, tentu saja, saya pun akan kebingungan dengan manfaat kemampuan yang satu ini.
Sumber :http://www.indowebster.web.id/showthread.php?t=132019&p=7632529#post7632529
Tidak ada komentar:
Posting Komentar